‘Permasalahan Pertanian,’ Bukan Menjadikan Alasan tetapi Cermin untuk Mengubahnya (Pemerintah-Mahasiswa-Petani)

Menteri Pertanian BEM KM IPB 2014 | Biokimia IPB 2010 | @riki_lpurnama
Oleh: Riki Laksa Purnama


. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam melimpah ruah. Indonesia menjadi  negara agraris dikarenakan mempunyai iklim yang relatif stabil sepanjang tahun serta mengandalkan sektor pertanian dalam menunjang pembangunan dan kebutuhan masyarakat. Sektor pertanian memberikan sumbangan Pendapatan Domestik Bruto sebesar 14,72% dari total PDB pada tahun 2011, meningkat menjadi 15,14% pada tahun 2013. Sektor pertanian menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Suswono 2013).

Tanah kita subur makmur, tongkat kayu bisa menjadi tanaman.
                                                                                          
Banyak sekali permasalahan pertanian yang terjadi di negeri ini. Dimulai dari hulu ke hilir, peran petani sampai kebijakan pemerintah, serta apapun itu yang membelit benang-benang kusut pertanian. Menurut Anton Apriyantono sebagai Menteri Pertanian RI 2004-2009 menyebutkan pertanian Indonesia di persimpangan jalan, seperti impor tinggi, petani terpinggirkan, organisasi kurang berfungsi, infrastruktur pertanian terabaikan, investasi rendah, akses pasar lemah, akses lembaga keuangan lemah.

Ruh dalam pertanian itu ada pada kebermanfaatan dan keberlanjutan

Cermin untuk Mengubahnya 


Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam membuat kebijakan pertanian.  Peran yang dijalankan pemerintah akan menggerakkan semua elemen. Kebijakan tersebut yang menentukan arah pembangunan pertanian kedepan. Pembangunan pertanian menjadi perhatian khusus yang mana pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa (Kuznets 1964; Todaro 2000). Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran dana untuk pertanian seperti input-input pertanian (pupuk, alat2 pertanian dll) untuk petani, inovasi mahasiswa di bidang pertanian, kegiatan-kegiatan sosial pertanian yang dilakukan oleh masyarakat dll. Itulah sebabnya mengapa pemerintah menjadi sebuah pilar utama untuk bisa menggerakkan roda pertanian. Pemangku-pemangku petinggi inilah yang membuat kebijakan, memutuskan, dan menjalankannya kebijakan pertanian tersebut.

Empat program kementerian Pertanian RI periode 2009-2014, yaitu; 1. Pencapaian swasembada pangan dan pangan berkelanjutan, 2. Peningkatan diversifikasi pangan, 3. Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta 4 Peningkatan kesejahteraan petani. Program-program tersebut hanya sebagian kecil yang terealisasikan dengan baik. Lalu bagaimana kabar dengan program-program lain yang belum bisa terealisasikan? Menurut Hatta Rajasa sebagai Menteri Perekonomian menyebutkan, swasembada beras hanya terjadi di tahun 2008. Faktanya dilapangan, diversifikasi tidak berkekuatan pada potensi pangan kearifan lokal dan masyarakat masih tergantung pada panganan pokok yaitu beras. Teknologi menjadi alat yang penting untuk meningkatkan nilai tambah dari produk primer menjadi produk sekunder. Akan tetapi, teknologi kita terbatas, belum bisa memanfaatkan secara maksimal dan cenderung menjual hasil panen pertanian ke luar dalam bentuk bahan mentah. Sepanjang hari, petani kita mengalami berbagai permasalah baik itu degradasi lahan pertanian ke Industri oleh pemerintah maupun swasta, tidak adanya akses pasar untuk memasarkan hasil pertanian dan hanya kepada tengkulak sehingga petani menerima harga rendah, pinjaman modal sulit dalam pemenuhan input-input pertanian dll. Ini menjadi pelajaran dan evaluasi bagi pemerintah. Bukan ingin menjelek-jelekkan tapi ingin saling mengingatkan bahwasannya ada sesuatu hal yang salah disini.

Sebaik-baiknya kebijakan adalah yang bertumpu kepada kekuatan ekonomi pertanian  kerakyatan.


Mahasiswa adalah kaum intelektual, yang mana mempunyai ilmu pengetahuan di bangku kuliah. Mereka adalah orang yang cerdas yang mana ditunjukkan dengan Nilai akademik yang tinggi. Setiap tahunnya meluluskan ribuan lulusan sarjana terbaik dari kampus masing-masing. Setiap mahasiswa yang lulus menghasilkan sebuah inovasi berupa karya tulis dari hasil penelitian di bidangnya masing-masing. Kaum muda ini mempunyai pengalaman di organisasinya. Mereka adalah aktivis yang membela kaum lemah seperti petani dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap petani. Peran mahasiswa itu keren sob, mereka bisa memberikan kontribusi secara vertikal maupun horizontal. *Banggamenjadimahasiswa

Menjadi seorang mahasiswa itu mempunyai idealis yang baik ketika di bangku perkuliahan tetapi kebanyakan dari mereka yang akan lulus menjadi materialistis. Itu kenyataan yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir berpesan kepada penulis. Kebanyakan dari mereka melupakan, ada sesuatu hal yang harus mereka aplikasikan ketika terjun ke masyarakat yaitu ilmu yang diperoleh di bangku kuliah atau apapun itu yang memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Lulusan sarjana pertanian tidak bekerja di sektor pertanian sehingga inovasi mereka tidak dimanfaatkan. Hal yang lumrah dan wajar, ketika bekerja tidak sesuai dengan bidangnya masing-masing karena tuntutan profesi, kesempatan bekerja, dan faktor x lainnya. Tapi setidaknya tidak melunturkan idealis mahasiswa pertanian sehingga apapun profesinya kita mempunyai idealis untuk pertanian. Dekan faperta IPB pernah memberikan materi di seminar Grand Launching 2014, beliau mengatakan, “Lulusan sarjana pertanian tidak harus menjadi petani, tetapi bisa bekerja dimana saja asalkan dapat memberikan kontribusi untuk pertanian, misalnya bekerja di bank tapi dengan adanya kamu sebagai sarjana pertanian, bank tersebut bisa memberikan modal pinjaman kepada petani.” 

Kita percaya bahwa karya terbaik yang akan selalu menggerakkan sehingga menjadi sumber inspirasi. 


Petani adalah seorang yang mempunyai pekerjaan mulia, yang dapat memberikan makan lebih kurang 250 juta rakyat penduduk Indonesia bahkan seluruh umat manusia di bumi ini. Pekerjaan mulia tersebut yaitu menanam, memelihara tanaman, menjaga lingkungan, dan memanen hasil pertanian sehingga manfaatnya bisa sampai ke kita sampai saat ini. Dengan adanya petani maka kebutuhan industri, pemenuhan bahan baku pangan, papan, dan sandang dapat terpenuhi sehingga proses industri dapat berjalan dengan baik.

Keberhasilan petani dinilai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Segi kualitas petani Indonesia sangatlah rendah, hal tersebut berdasarkan bahwa petani yang sebagian besar lulusan sekolah dasar bahkan ada yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Pemikiran petani kita yang berdasarkan pertanian konvensional atau tradisional sehingga produktivitasnya cenderung menurun. Sulit dalam memberikan penyuluhan kepada petani kita dalam pengaplikasikan teknologi tepat guna karena mindset petani yang selalu ikut-ikutan dari nenek moyang sebelumnya. Segi kuantitas petani kita didominasi oleh kaum tua sedangkan kaum muda enggan untuk menjadi seorang petani. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, bahwasannya adanya penurunan jumlah petani karena petani berpindah menjadi buruh pabrik di kota-kota besar. Hal tersebut dikarenakan menjadi petani memiliki resiko yang besar, baik itu gagal panen, hasil panen diserang hama, harga pasar bersifat fluktuatif, jaminan pasar rendah dll. Sedangkan menjadi buruh pabrik, itu sudah terjamin dari sisi pekerjaan dan gaji yang diperolehnya. Untuk itulah, penulis ingin mengajak pembaca sekalian bahwa tumpuan pertanian, ada pada cangkulan petani, organisasi tani, dan akses pasar.

Menurut Imam An-Nawawi dalam Shahihnya, pekerjaan yang baik dan afdhal ialah pertanian karena ia merupakan hasil tangannya sendiri dan ia juga memberi manfaat kepada diri sendiri, umat Islam dan kepada binatang.

-Salam Pertanian Indonesia-




0 comments: