Pengumuman Open Recruitment Keluarga Baru IPB Farmers Student Club 2015

Pengumuman Open Recruitment Keluarga Baru IPB Farmers Student Club


           Setelah melalui serangkaian kegiatan Open Recruitment I’fast Club 2014 yang dimulai sejak 18 Oktober – 11 November 2015, kini tiba saatnya untuk mengumumkan hasil dari kegiatan tersebut.
Selamat! kami ucapkan kepada mahasiswa/i yang telah menjadi keluarga baru I’fast Club. Jangan lupakan komitmen yang telah kamu ucapkan untuk I’fast Club ya, karena komitmen kamu bukan Cuma penting untuk I’fast saja, tapi juga tanaman yang akan kita rawat nantinya. Jangan sia-sia kan kesempatan menjadi keluarga I’fast ya, karena kamu sendiri sudah terpilih dari sekian banyak pendaftar lain. Sayang juga kan. Masih banyak loh, yang punya keinginan kuat masuk I’fast tapi belum diberi kesempatan.
Buat kamu yang belum diterima menjadi keluarga I’fast, kamu masih bisa ikut kegiatan turun lapang setiap Sabtu-Minggu ko. Kita terbuka buat semua mahasiswa/I yang ingin menjadi sahabat I’fast. Kita masih bisa sama-sama berkebun di lahan Agripark.

Oh iya, ada “TurLap” Turun Lapang perdana nih. Buat kamu yang diterima menjadi keluarga baru I’fast, WAJIB datang ya. Buat sahabat I’fast yang mau ikut kegiatan ini juga boleh ko. Info turlap nya menyusul ya..

Berikut daftar nama mahasiswa/i yang menjadi keluarga baru I’fast Club :

-      Lisa Geovanny
-      Tika Anisa Padar Wati
-      Danty Oktiana P
-      Wahyu Wulaningsih
-      Fidya Aimatami
-      Sri Nur Elita Ermis
-      Inne Firda Meilia
-      Marhamatul Azizah
-      Bagus Sandy F
-      Edwin Ongci Fernando
-      Nikita Feriyanti
-      Prih Anggreni K
-      Maulana Yusuf Ibrahim
-      Sri Hijriatul Karimah
-      Ari Dwi Cahyono
-      Citra Alunna Sagita
-      Sabila Trie Utami
-      Muhammad Fito Bayubaskara
-      Didin Haerudin
-      Athi Amalia
-      Azib Ernawati
-      Ima Nurul A
-      Elsi Ramadhani
-      Aris Adi Saputra
-      Rina Nur Cahyani
-      Mochammad Aldi Fauzie
-      Sumaya Yulia Putri
-      Miftahul Jannah
-      Retno Asih
-      Dania Oktihafifah
-      Mohammad Nasrullah
-      Meica Yuliasica
-      Nanda Hafidh
-      Dwi Wahyu R
-      Rika Sri Rahmawati
-      Abdul Jamil
-      Ilma Livita Saptiani
-      Dewi Anawati
-      Gaby A.P. Panggabean
-      Dian Islamiati R
-      Angga Saputra
-      Bagas Sutiono

Kultwit Menteri Pertanian BEM KM IPB : Ka Riki Laksa Purnama



Oleh : Riki Laksa Purnama || @riki_lpurnama

Kultwit dari Menteri Pertanian BEM KM IPB : Ka Riki Laksa Purnama

1) Kami mencari bibi-bibit Pemuda yang ingin berkontribusi lebih untuk pertanian | Mempunyai mimpi sehingga menghasilkan inspirasi untuk sekitar | Kamu kah orangnya? . . . ‪#‎ORIfast‬
2) Tidak memerlukan kemampuan khusus di awal | Tapi membutuhkan kemauan untuk belajar, tekad dan niat yang lurus dalam memajukan pertanian #ORIfast
3) Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencintai sesuatu hal ataupun pekerjaan | Sehingga lebih terasa enjoy dalam menjalankannya #ORIfast
4) Lalu bergabung dalam suatu komunitas yang mempunyai visi dan misi dalam menggerakkan roda pertanian | Kemudian lakukan yang terbaik dalam hal kebermanfaatan #ORIfast
5) Perkenalkan, kami adalah Lembaga Struktural di bawah @bemkmipb_agr BEM KM IPB yaitu @ifastclub | IPB Farmer Students Club #ORIfast
6) Gerakan dalam budidaya tanaman hortikultura sebagai langkah awal memperkenalkan dasar-dasar pertanian kepada mahasiswa IPB #ORIfast
7) Tepatnya berkebun di lahan kurang lebih ¼ hektar | Yang berada di samping GreenTV atau belakang Rektorat IPB #ORIfast
8) Kegiatannya berkebun setiap hari sabtu dan minggu di mulai pkl 07.30 – 11.00 WIB | kegiatan berkebun terbuka untuk mahasiswa IPB #ORIfast
9) Tetapi jika ingin menjadi bagian dari keluarga kami | Maka bergabunglah dengan kami, Ifast #ORIfast
10) Kami membutuhkan kalian yang mempunyai ide-ide terbaik | Memanajeman sebuah tim yang bersahabat | Serta menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat #ORIfast
11) Kegiatannya keren-keren sob, ada Turun lapang/ berkebun, Study tour, Fieldtrip, Upgrading, Rujak Party dll | Info lengkap bisa dicekhttp://ifastclubagripark.blogspot.com #ORIfast
12) Lalu tunggu apa lagi, ini timeline Open Recruitment (OR) 15-21 Sept 2014, wawancara 22-24 Sept, pengumumannya 26 Sept 2014 #ORIfast
13) Form offline bisa diambil di depan sekret BEM KM IPB, SC KM | Onlinehttp://bit.ly/ORifast #ORIfast
14) Selamat Bergabung di Keluarga IFAST tercinta | CP: Riki (085793557781) & Sandy (08950905830) #ORIfast
15) Salam Pertanian

Suatu Paradoks dari Bangsa Pemilik Pertanian (Indonesia vs Jepang)


Oleh: Riki Laksa Purnama
Menteri Pertanian BEM KM IPB 2014 | Biokimia IPB 2010 | @riki_lpurnama


Suatu Paradoks Pertanian di Negeri Kita L

Kita mengatakan memiliki SDA pertanian yang melimpah tapi kenyataannya kita belum bisa memajukan pertanian. Kita adalah negara agraris, agraris itu banyak petani bukan buruh tani. Kita percaya bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar tetapi bagaimana mungkin kita merasa besar jika masih banyak penduduk miskin dan hutang bangsa ini sangat besar. Dulu negara tetangga belajar pertanian di negeri ini tetapi sekarang kita belajar pertanian (buruh tani) di negeri mereka. Sebagian besar dari sarjana pertanian setiap tahunnya bekerja di sektor nonpertanian. Sebenarnya kita adalah bangsa pemilik tetapi kita tidak bisa menjaga kepemilikannya sehingga apa yang kita miliki diambil oleh negara lain.  Kita ingin melakukan pembangunan pertanian, pada saat bersamaan kita kehilangan banyak hal yang sangat fundamental yaitu salah satunya idealisme pertanian dari suatu bangsa. Secara konsep, kita mempunyai solusi-solusi terbaik dalam mengatasi berbagai permasalahan pertanian tetapi tidak mampu mengeksekusinya dengan baik. DLL.

Berbagai macam paradoks di atas, bukan menjadikan alasan kita untuk diam. Akan tetapi itu merupakan cerminan dan peringatan kita semua untuk saling mengingatkan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi di negeri kita? Apa yang salah dengan negeri pertanian ini, rakyat atau kebijakan pemerintah?  Pertanian itu kompleks, saling mengintegrasikan satu dengan yang lainnya. Untuk memajukan pertanian, tidak hanya satu atau dua peran tetapi semua elemen mulai dari petani, penyuluh, mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah. 


Paradoks Pertanian di Negeri Jepang

            Paradoks juga terjadi di Jepang yang mempunyai SDA berbanding terbalik dengan tingginya kualitas SDM. Mereka mempunyai kualitas SDM yang lebih baik dibandingkan kuantitas SDM. Pembangunan pertanian di negeri Sakura tersebut tergolong maju padahal secara faktor lingkungan tidak mendukung. Faktor lingkungan di Jepang mempunyai 4 musim yaitu musim panas (natsu), musim gugur (aki), musim dingin (fuyu), dan musim semi (haru). Hal tersebut menjadi kesulitan bagi pertanian Jepang untuk menanam komoditas tanaman di musim yang berbeda-beda. Sebesar 12% dari luas daratan di Jepang yang hanya bisa digunakan untuk pertanian namun hasilnya termasuk memuaskan. Tingkat rata-rata usia manusia Jepang sekitar 45 tahun bahkan di pabrik besar sekitar 50 tahunan. Hal tersebut juga menjadi pertanyaan, bagaimana pertanian di negara ini bisa maju dengan para pekerja yang tidak muda lagi? Pastinya untuk mengolah tanah pertanian yang baik, membutuhkan tenaga-tenaga muda. Saat ini, Jepang menjadi korban kemacetan kredit properti Amerika Serikat dengan kerugian sedikitnya 1.5 triliun yen atau sekitar 15 miliar dollar AS dikalangan perbankan dan asuransi. Di sisi lain, utang pemerintah Jepang kepada masyarakat karena penertiban obligasi Jepang (JGB) mencapai sekitar 1.200 triliun yen (Sumber: tribunnews.com). Lantas bagaimana mungkin, jika Nougyou atau pertanian menjadi masa depan Jepang? . . .


Belajar dari Pembangunan Pertanian di Jepang

            Pemerintah dan masyarakat Jepang mempunyai pandangan yang unik dalam membangun pertanian. Jepang merupakan salah satu negara yang tidak setuju sistem perdagangan atau pasar bebas diberlakukan untuk komoditas pertanian, terutama beras (Irawan 2006). Jepang memproduksi beras untuk kebutuhan masyarakatnya dibandingkan membeli beras di pasar Internasional. Hal tersebut mengakibatkan Jepang tidak bergantung beras dari negara lain walaupun dengan harga yang lebih murah. Mereka mandiri dalam hal memproduksi demi melestarikan fungsi pertanian. Kebijakan perdagangan beras juga bersifat ‘protektif.’ Tarif beras impor dikenakan bea masuk sebesar 490%, yang diperkirakan akan naik menjadi sebesar 778%.

            Petani Jepang mempunyai kehidupan yang layak dan sejahtera. Hal tersebut dilindungi oleh kebijakan pemerintah dan peran masyarakat sekitar. Di salah satu prosedur di Nagoya, MAFF membantu petani lahan sawah sebesar US$ 3.300 /ha / tahun (Rp 31.4 juta). Para petani pemilik lahan sawah dibayar oleh penduduk kota sebesar Rp 2.8 juta/ 100 m2 /tahun dengan ketentuan penduduk kota itu dilibatkan dalam kegiatan tanam dan panen padi serta memperoleh beras sebanyak 10-20 kg (Irawan 2006). Maka jangan heran, jika ada yang bilang petani di Jepang kaya-kaya loh. Mereka bukan buruh tani tapi mereka adalah pemilik pertanian. Bukan lagi, petani yang datang ke pasar untuk menjual hasil pertaniannya tapi mereka yang akan datang ke petani Jepang dengan sendirinya.
            Kemajuan dalam pengembangan bioteknologi di Jepang, yang merupakan salah satu terbaik di dunia. Peneliti disana cerdas dalam mencuri ilmu di negeri Paman Sam yang kemudian diterapkan dan dikembangkan lagi di negeri Sakura. Pengembangan ilmu bioteknologi dapat mengubah tanahnya menjadi lebih baik dan menghasilkan padi terbaik di dunia. Sebagai contoh, beras legit dengan nama koshihikari menjadi primadona dan buruan oleh negara-negara lainnya. Biaya riset dan pengembangan Jepang bisa mencapai 30 persen dari sales yang dihasilkan oleh perusahaan. Cukup besar memang biaya dan anggaran yang dikeluarkan. Rasanya tidak mungkin, jika di masa depan Jepang akan menekankan ke sektor pertanian.

Bangsa Pemilik Pertanian, Indonesia ataukah Jepang? . . .

            Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki suatu paradoks dari pertanian. Bedanya Indonesia adalah paradoks yang mengarah ke sisi negatif sedangkan Jepang adalah paradoks yang mengarah sebaliknya yaitu sisi positif. Tuhan sangatlah adil dalam memberikan sesuatu hal kepada umat manusia. Tatkala menurunkan suatu hal maka akan meninggikan yang lainnya. Kita sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya saja dari kacamata penulis, Indonesia terlalu fokus kepada kelemahannya sedangkan jepang bisa memfokuskan diri pada kelebihannya. Tidak mengeluh adalah bagian dari rasa syukur kita, yang kelak akan ditambahkan kenikmatan itu. Poin hidup kita adalah belajar, Indonesia belajar dari Jepang dan Jepang belajar dari Indonesia sehingga kita sama-sama belajar dari kekurangan maupun kelebihan pertanian.

Bangsa pemilik pertanian bukan mereka yang mempunyai tanah subur ataupun bioteknolgi yang maju tapi mereka lah yang saling bekerjasama, belajar-mengajarkan dan menjalin tali persaudaraan sehingga tanah pertanian ini bisa dimiliki oleh semua makhluk. J


-Salam Pertanian Indonesia-

‘Permasalahan Pertanian,’ Bukan Menjadikan Alasan tetapi Cermin untuk Mengubahnya (Pemerintah-Mahasiswa-Petani)

Menteri Pertanian BEM KM IPB 2014 | Biokimia IPB 2010 | @riki_lpurnama
Oleh: Riki Laksa Purnama


. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam melimpah ruah. Indonesia menjadi  negara agraris dikarenakan mempunyai iklim yang relatif stabil sepanjang tahun serta mengandalkan sektor pertanian dalam menunjang pembangunan dan kebutuhan masyarakat. Sektor pertanian memberikan sumbangan Pendapatan Domestik Bruto sebesar 14,72% dari total PDB pada tahun 2011, meningkat menjadi 15,14% pada tahun 2013. Sektor pertanian menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Suswono 2013).

Tanah kita subur makmur, tongkat kayu bisa menjadi tanaman.
                                                                                          
Banyak sekali permasalahan pertanian yang terjadi di negeri ini. Dimulai dari hulu ke hilir, peran petani sampai kebijakan pemerintah, serta apapun itu yang membelit benang-benang kusut pertanian. Menurut Anton Apriyantono sebagai Menteri Pertanian RI 2004-2009 menyebutkan pertanian Indonesia di persimpangan jalan, seperti impor tinggi, petani terpinggirkan, organisasi kurang berfungsi, infrastruktur pertanian terabaikan, investasi rendah, akses pasar lemah, akses lembaga keuangan lemah.

Ruh dalam pertanian itu ada pada kebermanfaatan dan keberlanjutan

Cermin untuk Mengubahnya 


Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam membuat kebijakan pertanian.  Peran yang dijalankan pemerintah akan menggerakkan semua elemen. Kebijakan tersebut yang menentukan arah pembangunan pertanian kedepan. Pembangunan pertanian menjadi perhatian khusus yang mana pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa (Kuznets 1964; Todaro 2000). Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran dana untuk pertanian seperti input-input pertanian (pupuk, alat2 pertanian dll) untuk petani, inovasi mahasiswa di bidang pertanian, kegiatan-kegiatan sosial pertanian yang dilakukan oleh masyarakat dll. Itulah sebabnya mengapa pemerintah menjadi sebuah pilar utama untuk bisa menggerakkan roda pertanian. Pemangku-pemangku petinggi inilah yang membuat kebijakan, memutuskan, dan menjalankannya kebijakan pertanian tersebut.

Empat program kementerian Pertanian RI periode 2009-2014, yaitu; 1. Pencapaian swasembada pangan dan pangan berkelanjutan, 2. Peningkatan diversifikasi pangan, 3. Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta 4 Peningkatan kesejahteraan petani. Program-program tersebut hanya sebagian kecil yang terealisasikan dengan baik. Lalu bagaimana kabar dengan program-program lain yang belum bisa terealisasikan? Menurut Hatta Rajasa sebagai Menteri Perekonomian menyebutkan, swasembada beras hanya terjadi di tahun 2008. Faktanya dilapangan, diversifikasi tidak berkekuatan pada potensi pangan kearifan lokal dan masyarakat masih tergantung pada panganan pokok yaitu beras. Teknologi menjadi alat yang penting untuk meningkatkan nilai tambah dari produk primer menjadi produk sekunder. Akan tetapi, teknologi kita terbatas, belum bisa memanfaatkan secara maksimal dan cenderung menjual hasil panen pertanian ke luar dalam bentuk bahan mentah. Sepanjang hari, petani kita mengalami berbagai permasalah baik itu degradasi lahan pertanian ke Industri oleh pemerintah maupun swasta, tidak adanya akses pasar untuk memasarkan hasil pertanian dan hanya kepada tengkulak sehingga petani menerima harga rendah, pinjaman modal sulit dalam pemenuhan input-input pertanian dll. Ini menjadi pelajaran dan evaluasi bagi pemerintah. Bukan ingin menjelek-jelekkan tapi ingin saling mengingatkan bahwasannya ada sesuatu hal yang salah disini.

Sebaik-baiknya kebijakan adalah yang bertumpu kepada kekuatan ekonomi pertanian  kerakyatan.


Mahasiswa adalah kaum intelektual, yang mana mempunyai ilmu pengetahuan di bangku kuliah. Mereka adalah orang yang cerdas yang mana ditunjukkan dengan Nilai akademik yang tinggi. Setiap tahunnya meluluskan ribuan lulusan sarjana terbaik dari kampus masing-masing. Setiap mahasiswa yang lulus menghasilkan sebuah inovasi berupa karya tulis dari hasil penelitian di bidangnya masing-masing. Kaum muda ini mempunyai pengalaman di organisasinya. Mereka adalah aktivis yang membela kaum lemah seperti petani dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap petani. Peran mahasiswa itu keren sob, mereka bisa memberikan kontribusi secara vertikal maupun horizontal. *Banggamenjadimahasiswa

Menjadi seorang mahasiswa itu mempunyai idealis yang baik ketika di bangku perkuliahan tetapi kebanyakan dari mereka yang akan lulus menjadi materialistis. Itu kenyataan yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir berpesan kepada penulis. Kebanyakan dari mereka melupakan, ada sesuatu hal yang harus mereka aplikasikan ketika terjun ke masyarakat yaitu ilmu yang diperoleh di bangku kuliah atau apapun itu yang memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Lulusan sarjana pertanian tidak bekerja di sektor pertanian sehingga inovasi mereka tidak dimanfaatkan. Hal yang lumrah dan wajar, ketika bekerja tidak sesuai dengan bidangnya masing-masing karena tuntutan profesi, kesempatan bekerja, dan faktor x lainnya. Tapi setidaknya tidak melunturkan idealis mahasiswa pertanian sehingga apapun profesinya kita mempunyai idealis untuk pertanian. Dekan faperta IPB pernah memberikan materi di seminar Grand Launching 2014, beliau mengatakan, “Lulusan sarjana pertanian tidak harus menjadi petani, tetapi bisa bekerja dimana saja asalkan dapat memberikan kontribusi untuk pertanian, misalnya bekerja di bank tapi dengan adanya kamu sebagai sarjana pertanian, bank tersebut bisa memberikan modal pinjaman kepada petani.” 

Kita percaya bahwa karya terbaik yang akan selalu menggerakkan sehingga menjadi sumber inspirasi. 


Petani adalah seorang yang mempunyai pekerjaan mulia, yang dapat memberikan makan lebih kurang 250 juta rakyat penduduk Indonesia bahkan seluruh umat manusia di bumi ini. Pekerjaan mulia tersebut yaitu menanam, memelihara tanaman, menjaga lingkungan, dan memanen hasil pertanian sehingga manfaatnya bisa sampai ke kita sampai saat ini. Dengan adanya petani maka kebutuhan industri, pemenuhan bahan baku pangan, papan, dan sandang dapat terpenuhi sehingga proses industri dapat berjalan dengan baik.

Keberhasilan petani dinilai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Segi kualitas petani Indonesia sangatlah rendah, hal tersebut berdasarkan bahwa petani yang sebagian besar lulusan sekolah dasar bahkan ada yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Pemikiran petani kita yang berdasarkan pertanian konvensional atau tradisional sehingga produktivitasnya cenderung menurun. Sulit dalam memberikan penyuluhan kepada petani kita dalam pengaplikasikan teknologi tepat guna karena mindset petani yang selalu ikut-ikutan dari nenek moyang sebelumnya. Segi kuantitas petani kita didominasi oleh kaum tua sedangkan kaum muda enggan untuk menjadi seorang petani. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, bahwasannya adanya penurunan jumlah petani karena petani berpindah menjadi buruh pabrik di kota-kota besar. Hal tersebut dikarenakan menjadi petani memiliki resiko yang besar, baik itu gagal panen, hasil panen diserang hama, harga pasar bersifat fluktuatif, jaminan pasar rendah dll. Sedangkan menjadi buruh pabrik, itu sudah terjamin dari sisi pekerjaan dan gaji yang diperolehnya. Untuk itulah, penulis ingin mengajak pembaca sekalian bahwa tumpuan pertanian, ada pada cangkulan petani, organisasi tani, dan akses pasar.

Menurut Imam An-Nawawi dalam Shahihnya, pekerjaan yang baik dan afdhal ialah pertanian karena ia merupakan hasil tangannya sendiri dan ia juga memberi manfaat kepada diri sendiri, umat Islam dan kepada binatang.

-Salam Pertanian Indonesia-




Mengemas Pertanian dengan Cara yang Menyenangkan

Kehidupan kita tidak terlepas dari yang namanya pertanian. Mulai dari sandang, pangan dan papan, yang semuanya itu berasal dari pertanian. Pertanian dalam arti luas adalah keseluruhan yang mencakup pertanian bercocok tanam, kehutanan, peternakan, perikanan dan ilmu-lmu pengetahuan alam seperti biologi, kimia, dan biokimia.  Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah bercocok tanam dengan komoditas tertentu di lahan pertanian. Pertanian itu dari hulu ke hilir, dari mulai kita memasukan benih ke lahan pertanian dengan berbagai tambahan input (pupuk, pestisida dll) sampai memanen tanaman sebagai output.

Akan tetapi, kebanyakan mahasiswa belum sepenuhnya memahami esensi dari pertanian itu sendiri. Pertanian dipandang sebagai suatu hal yang negatif, rendahan atau apapun itu yang menyudutkan tentang pertanian. Hal tersebut dikarenakan mereka melihat pertanian hanya bercocok tanam saja, tidak secara luas. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa pertanian mempunyai tugas bersama untuk bisa memperkenalkan dan mengemas pertanian dalam arti luas dengan cara yang menyenangkan.

Mau? . . . Caranya? . . ..
1.     Cinta Pertanian
2.    Turun lapang langsung
3.    Diskusi pertanian berupa FGD
4.    Kunjungan ke instansi maupun industri pertanian
5.    Kemas dengan kegiatan-kegiatan pertanian (EO pertanian)
6.    Publikasi di sosmed dan video tentang pertanian yang unik
7.    Konsep pertanian terpadu

Gambar ini diambil ketika teman-teman Ifast turun lapang langsung di lahan Agripark IPB samping Green TV IPB (Gambar 1). Kegiatan turun lapang ini dilakukan secara rutin selama 2x dalam sepekan. Gambar ini menampilkan mahasiswa sedang melakukan penggemburan tanah dan pencabutan gulma. Mahasiswa ini berani turun langsung ke lahan tanpa takut kotor dan sejenisnya. Mereka mempunyai rasa cinta pertanian sehingga pekerjaan lebih mudah dilakukan. Cintai apa yang kita kerjakan dan kerjakan apa yang kita cintai. Mereka melakukan pekerjaannya dengan penuh semangat untuk menanam tanaman sayuran di lahan berukuran seperempat hektar.

Diskusi pertanian tentang berbagi ilmu, pengalaman atau permasalahan-permasalahan internal, budidaya tanaman, serangan hama dll (Gambar 2). Jika ada teman kita yang mempunyai ilmu maka bagikan ilmu tersebut kepada yang lain sehingga bisa bermanfaat untuk kedepannya. Jika ada teman kita mempunyai pengalaman yang berharga maka bagikan kepada rekan lain sehingga pengalaman tersebut bisa menginspirasi banyak orang. Semua masalah pertanian khususnya terkait budidaya bisa diceritakan kepada teman-teman yang lain. Disini juga kita diajarkan untuk selalu berpikir kritis tentang permasalahan yang terjadi dan mencari solusi bersama-sama. Nilainya sebenarnya budayakan saling berbagi apapun itu baik ilmu, pengalaman, maupun permasalahan dan solusi bersama.



Gambar 1 Turun lapang langsung di lahan Agripark IPB


Gambar 2 Diskusi tentang pertanian

Langkah awal untuk meraih sukses dalam pekerjaan adalah dengan menyukai pekerjaan itu (Kata sang petani).
Pertanian itu bukan sesuatu yang kotor ataupun bukan juga pekerjaan yang rendahan tapi pertanian itu asyik. Asyik karena pertanian, kita bisa belajar banyak dari lingkungan, merawat tanaman dan semangat untuk bekerja.

#Yuk, kita ajak sahabat-sahabat kita untuk cinta pertanian
Salam Kreator Muda Pertanian Indonesia ^^
@riki_lpurnama

 Oleh: Riki Laksa Purnama IPB 47